Perekonomian Indonesia
Sektor Pertanian dan Sektor Industri
1. 1.
Sektor
Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam
pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa inggris): crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak
(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe ,
atau sekadar ekstaksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian
terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup
pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB
dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat
penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial
masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan Lapangan Kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang
sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok
ilmu- Ilmu Pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena pertanian
selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah Meteorologi teknik pertanian,biokimia dan Statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming)
adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau
"petani ikan". Pelaku budidaya Hewan ternak (livestock) secara khusus
disebut sebagai peternak.
v Potensi bidang pertanian Indonesia
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini
sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita
mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di
wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin
terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang
semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana
pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga
membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.
Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat
produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab
dari produktivitas ini adalah karena pasokan $air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak
waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan
tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus
cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi
pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa
kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam
negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor
pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk
memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk
pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita
juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia,
dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa
depan struktur perekonomian Indonesia.
v Peranan Sektor
Pertanian Terhadap Perekonomian Indonesia Di Masa Depan
Kontibusi terhadap kesempatan kerja
Kalau
dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur,
pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren
yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur
kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai
perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi
jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil
peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar
peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di
bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian,
yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan
sektor-sektor ekonomi lainnya.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh
sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan
12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor
pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan
industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di
sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor
kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen.
Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang
kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang
pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor
pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh
penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang
sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat
dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di
masa depan.
Strategi pertama adalah
melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti
ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam
meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini
adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam
pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan
lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan
prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga
kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya
banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri
pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana
utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi
dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era
reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor
penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.
Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan
kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan.
Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu
segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan
perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.
Kontribusi
pertanian terhadap devisa
Pertanian
juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat
peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut
terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia
cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara,
hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran
pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam
bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap
pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk
pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic
disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa
berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu factor penghambat bagi
pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu
dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing
produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan
dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan
modal.
Pada
2009 ekspor produk pertanian Indonesia baru mencapai 2,46 persen dari total
produksi beras yang dihasilkan petani di berbagai provinsi dengan jumlah
mencapai 69,5 juta ton gabah kering giling (GKG).
Selain
untuk ekspor produksi padi juga untuk memenuhi program bantuan beras rakyat
miskin (Raskin) yang setiap bulannya dibutuhkan 260 ribu ton serta untuk
cadangan pangan nasional setiap akhir tahun lebih dari 1,5 juta ton.
Kontribusi
pertanian terhadap produktivitas
Banyak
orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap
tinggi setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk
kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan
mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori
Malthus. Namun keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena
volume produksi yang rendah ( yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya),
sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah terus atau
akibat distribusi yang tidak merata ke sluruh dunia.
Mungkin
sudah merupakan evolusi alamiah seiring dnegan proses industrialisasi dimana
pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relatif menurun, sedangkan dari
industri manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya, dan sektor tersier
meningkat. Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia.
Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan
berarti bahwa volume produksi berkurang (pertumbuhan negatif). Tetapi laju
pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di
sektor-sektor lain.
Bukan
hanya dialami oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris
terhadap impor pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun
yang lalu, misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia harus mengimpor
beras lebih dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk
membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban
pemerintah yang tak bisa dihindari, karena ini bukan semata-mata hanya
menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi juga menyangkut stabilitas
nasional (ekonomi, politik, dan sosial).
Kemampuan
Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan
pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal.
Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah
iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca
buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris,
factor iklim biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (millimeter).
Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan
tanaman. Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh
manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam
pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas
infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan
T. kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal
akan menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah produksi per hektar) maupun
manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada sektor
pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia
harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan
produktivitas pertanian.
Analisis SWOT Sektor Pertanian
Indonesia
Strengths (kekuatan)
World Bank (2003) juga mencatat besarnya potensi sumber
daya pertanian Indonesia terutama untuk areal lahan kering. Tercatat sekitar 24
juta hektar lahan kering potensial yang merupakan sumber daya yang sangat
penting bagi program diversifikasi pangan dan diverfikasi produksi pertanian
misalnya dengan tanaman kehutanan, peternakan dan perkebunan. Selama ini sumber
daya tersebut belum dikelola dengan serius. Terkait dengan potensi sumber daya
pertanian, Subejo (2009a) menilai bahwa dalam konteks pembangunan pertanian,
secara umum Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Kelapa sawit, karet,
dan coklat Indonesia mulai bergerak menguasai pasar dunia. Namun,
dalam konteks produksi pangan memang ada suatu keunikan. Subejo (2009a)
mengidentifikasi bahwa Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia
setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia
sebesar 8,5 persen atau 51 juta ton (Rice Almanac, 2002). China dan India
sebagai produsen utama beras berkontribusi 54 persen. Bagi negara Vietnam dan
Thailand yang secara tradisional dikenal luas sebagai negara eksportir beras di
dunia ternyata hanya berkontribusi 5,4 dan 3,9 persen secara berurutan. Rerata
produksi beras Indonesia 4,30 ton/hektar (Rice Almanak, 2002) dan meningkat menjadi
4,62 ton/ha pada tahun 2006 (Munif, 2009). Produktivitas tersebut sudah
melampaui pencapaian India, Thailand, dan Vietnam. Meskipun masih di bawah
produktivitas Jepang dan China (rerata di atas 6 ton/hektar).
Weakness (kelemahan)
Meskipun Indonesia termasuk produsen utama beras dunia,
namun Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang dengan
pemenuhan kebutuhan pangan. Subejo (2009a) mencatat ada beberapa persoalan
serius yang perlu dicermati dan dicarikan solusinya. Salah satu sebab utama
adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data statistik menunjukkan pada
kisaran 230-237 juta jiwa. Makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga
sudah jelas kebutuhan beras menjadi luar biasa besar.
Dengan
mengutip data IRRI, Subejo (2009a) mencatat bahwa penduduk Indonesia merupakan
pengkonsumsi beras terbesar di dunia dengan konsumsi 154 kg per orang per
tahun. Bandingkan dengan rerata konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74
kg, Thailand 100 kg, dan Philppine 100 kg. Hal ini juga menunjukkan bahwa
program diversifikasi pangan masih jauh dari berhasil. Sepanjang kita masih
mengkonsumsi beras dengan jumlah sebanyak itu maka problem pangan masih akan
sulit diatasi.
Persoalan yang lain adalah transformasi struktural yang
kurang berjalan. Di mana pun di dunia ada pola bahwa peran pertanian dalam
perkonomian nasional akan semakin menurun dan ada pergerakan angkatan kerja
dari pertanian ke sektor industri dan jasa. Di Indonesia lahan pertanian
semakin dipenuhi oleh angkatan kerja baru karena tidak ada alternatif lain di
luar sektor pertanian untuk mencari pekerjaan. Tentu hal ini sangat berpengaruh
terhadap produktivitas dan efisiensi produksinya. Dalam tahap, tertentu tesis
Clifford Geertz (1963) tentang agricultural involution nampaknya telah berlaku.
Opportunities (peluang)
Potensi
pasar produk pertanian utamanya pangan juga sangat menjanjikan. World Bank (2003)
mencatat bahwa selama 1996-2000, meskipun terjadi krisis ekonomi namun konsumsi
pangan per kapita di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat yaitu 8
persen. Potensi pasar ini merupakan peluang bagi peningkatan produksi
pangan nasional. Selama
ini Indonesia masih melakukan impor beberapa komoditas pangan.
Akibat
krisis energi yang sekarang melanda dunia, berbagai pihak mulai mencari
alternatif lain untuk pemenuhan energi dunia salahsatunya lewat Biofuel
ataupun Biodisel. Pemilihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif
berbasis pada ketersediaan bahan baku. Minyak rapeseed adalah bahan baku untuk
biodiesel di Jerman dan kedelai di Amerika. Sedangkan bahan baku yang digunakan
di Indonesia adalah crude palm oil (CPO). Selain itu, masih ada potensi
besar yang ditunjukan oleh minyak jarak pagar (Jathropa Curcas) dan
lebih dari 40 alternatif bahan baku lainnya di Indonesia.
Rancangan
fasilias produksi biodiesel (INBT 2008)
Indonesia
adalah penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia dengan produksi
CPO sebesar 8 juta ton pada tahun 2002 dan akan menjadi penghasil CPO terbesar
di dunia pada tahun 2012. Dengan mempertimbangkan aspek kelimpahan bahan baku,
teknologi pembuatan, dan independensi Indonesia terhadap energi diesel, maka
selayaknya potensi pengembangan biodiesel merupakan potensi pengembangan
biodiesel sebagai suatu alternatif yang dapat dengan cepat diimplementasikan.
Walaupun
pemerintah Indonesia menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap pengembangan
biodiesel, pemerintah tetap bergerak pelan dan juga berhati-hati dalam
mengimplementasikan hukum pendukung bagi produksi biodiesel. Pemerintah
memberikan subsidi bagi biodiesel, bio-premium, dan bio-pertamax dengan level
yang sama dengan bahan bakar fosil, padahal biaya produksi biodiesel melebihi
biaya produksi bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan Pertamina harus menutup
sendiri sisa biaya yang dibutuhkan.
Sampai
saat ini, payung hukum yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk
industri biofuel, dalam bentuk Keputusan Presiden ataupun Peraturan
Perundang-undangan lainny, adalah sebagai berikuti:
- Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional
- Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan Biofuel sebagai Energi Alternatif
- Dektrit Presiden No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk Pengembangan Biofuel
Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan
pengembangan biodiesel sebagai energi terbarukan akan dilaksakan selama 25
tahun, dimulai dengan persiapan pada tahun 2004 dan eksekusi sejak tahun 2005.
Periode 25 tahun tersebut dibagi dalam tiga fasa pengembangan biodiesel.
Pada
fasa pertama, yaitu tahun 2005-2010, pemanfaatan biodiesel minimum sebesar 2%
atau sama dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak
nasional dengan produk-produk yang berasal dari minyak castor dan kelapa sawit.
Fasa
kedua (2011-2015) merupakan kelanjutan dari fasa pertama akan tetapi telah
digunakan tumbuhan lain sebagai bahan mentah. Pabrik-pabrik yang dibangun mulai
berskala komersial dengan kapasitas sebesar 30.000 – 100.000 ton per tahun.
Produksi tersebut mampu memenuhi 3% dari konsumsi diesel atau ekivalen dengan
1,5 juta kilo liter. Pada fasa ketiga (2016 – 2025), teknologi yang ada
diharapkan telah mencapai level ‘high performance’ dimana produk yang dihasilkan
memiliki angka setana yang tinggi dan casting point yang rendah. Hasil yang
dicapai diharapkan dapat memenuhi 5% dari konsumsi nasional atau ekivalen
dengan 4,7 juta kilo liter. Selain itu juga terdapat Inpres Nomor 1 Tahun 2006
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan
bakar lain. Hal-hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan
pengembangan bahan bakar nabati. (Rahayu, 2006)
Hingga
Mei 2007, Indonesia telah memiliki empat industri besar yang memproduksi
biodiesel dengan total kapasitas 620.000 ton per hari. Industri-industri
tersebut adalah PT Eterindo Wahanatama (120.000 ton/tahun – umpan beragam), PT
Sumi Asih (100.000 ton/tahun – dengan RBD Stearin sebagai bahan mentah), PT
Indo BBN (50.000 ton/tahun – umpan beragam), Wilmar Bioenergy (350.000
ton/tahun dengan CPO sebagai bahan mentah), PT Bakrie Rekin Bioenergy (150.000
ton/tahun) dan PT Musim Mas (100.000 ton/tahun). Selain itu juga terdapat
industri-industri biodiesel kecil dan menengah dengan total kapasitas sekitar
30.000 ton per tahun, seperti PT Ganesha Energy, PT Energi Alternatif
Indonesia, dan beberapa BUMN.
Peluang
untuk mengembangkan potensi pengembangan biodiesel di Indonesia cukup besar,
mengingat saat ini penggunaan minyak solar mencapai sekitar 40 % penggunaan BBM
untuk transportasi. Sedang penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah
sebesar 74% dari total penggunaan BBM pada kedua sektor tersebut. Bukan hanya
karena peluangnya untuk menggantikan solar, peluang besar biodiesel juga
disebabkan kondisi alam Indonesia. Indonesia memiliki beranekaragam tanaman
yang dapat dijadikan sumber bahan bakar biodiesel seperti kelapa sawit dan
jarak pagar. Pada saat ini, biodiesel (B-5) sudah dipasarkan di 201 pom bensin
di Jakarta dan 12 pom bensin di Surabaya.
Threats (ancaman)
Hadirnya CAFTA (China-Asean Free Trade Agreement),
sebagai suatu bentuk perjanjian perdagangan bebas antara China dengan
negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia didalamnya, haruslah benar-benar
dicermati dengan teliti. Pasalnya dengan diberlakukannya model perjanjian
semacam ini, tentu saja menimbulkan dampak positif dan negatif.
Jika memang Indonesia siap untuk bersaing dengan
negara-negara lain, khususnya China, persiapan yang dilakukan sejak tahun 2004
kemarin haruslah serius. Dalam peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
produk-produk pertanian misalnya, haruslah mendapat perhatian yang khusus.
Untuk dapat menghasilkan produk yang baik, semua persyaratan haruslah dipenuhi,
seperti saprotan (sarana produksi pertanian), misalnya benih, pupuk, irigasi
dan lain sebagainya. Pemberdayaan masyarakat petani (SDM Petani) haruslah
dibina dengan sebaik-baiknya, apalagi jika ingin bersiang dengan pihak luar.
Modal bagi petani haruslah ditingkatkan. Kelembagaan petani haruslah dikuatkan
agar dapat bekerjasama dengan solid sehingga mampu bersaing dengan mantap.
Namun kenyataan di lapangan tidaklah demikian. Saprotan yang diidam-idamkan
petani tidak kunjung datang. Pemberdayaan petani jarang dilakukan. Modal
bagi petani juga masih sangat kurang. Kelembagaan petani semakin melemah,
bahkan tidak jarang terjadi perang, baik antar petani maupun antara petani
dengan aparat. Jika kenyataannya memang seperti ini, apakah Indonesia mampu
bersaing dengan luar negeri yang notabenenya sudah sangat siap untuk bersaing
dengan
kita?
Sebenarnya tidak ada masalah dengan perdangangan bebas.
Bahkan tentu saja perdagangan merupakan aktivitas yang secara alami terjadi
dalam kehidupan, karena jika ada yang membutuhkan barang, tentu saja ada yang
memproduksinya. Namun akan menjadi masalah jika perdagangan bebas terjadi pada
dua kekuatan yang tidak seimbang, atau dikatakan juga perdagangan yang tidak
adil. Memang dengan adanya perdagangan bebas ini ada beberapa peluang yang bisa
diambil. Misalnya dengan diberlakukannya tarif bea masuk 0%, harapannya
pedagang dan pebisnis dari dalam negeri mampu meningkatkan penjualan (ekspor)
ke luar negeri. Selain itu, ada beberapa produk yang tentu saja masih dapat
dijadikan produk unggulan ekspor, karena tidak semua tumbuhan pertanian tumbuh
dan berkembang di China. Namun malangnya, banyak pengusaha yang malah
mengembangkan produk yang kurang berkembang dalam pasar. Disamping itu,
kehadiran CAFTA ini seharusnya bisa membangkitkan kreatifitas masyarakat,
khususnya masyarakat petani, jika dikaitkan dengan dunia pertanian.
Strategi
Peningkatan Potensi Pertanian Indonesia ke Depan:
- Meningkatkan pemanfaatan sumber daya, dan memfokuskan pada kegiatan penelitian unggulan secara optimal.
- Menajamkan skala prioritas serta memperkuat keterkaitan dan keselarasan program antar kementerian dan institusi lain, khususnya kementerian pertanian dan kementerian perdagangan dengan kebutuhan pengguna.
- Membuat kebijakan pertanian yang berpihak kepada rakyat, lewat
- Meningkatkan relevansi, kualitas, nilai tambah ilmiah dan nilai tambah ekonomi sektor pertanian.
- Meningkatkan kerja sama penelitian dan komersialisasinya dengan lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan swasta.
- Meningkatkan akselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi pertanian. Lewat teknologi dan sarana penanganan pasca panen yang mampu menjaga keawetan produk.
Sektor Pertanian menurut Kuznets memiliki empat kontribusi penting bagi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional, diantaranya :
1. Kontribusi
produk : penyediaan makanan bagi masyarakat, penyediaan bahan baku bagi
beberapa industri seperti industri makanan, minuman, dan industri tekstil.
2. Kontribusi
pasar : terbentuknya pasar untuk beberapa bahan industry dan makanan
3. Kontribusi
faktor produksi : menyebabkan turunnya peranan pertanian di pembangunan ekonomi
yang akan berpengaruh terhadap transfer surplus modal dari sektor pertanian ke
sektor lain.
4. Kontribusi
devisa : ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk
impor akan menjadi sumber penting bagi surplus Neraca Perdagangan.
Kontribusi Produk
Dalam sistem ekonomi terbuka, kontribusi produk
dari sektor pertanian dapat melalui pasar atau pun produksi dengan sektor lain
diluar sektor pertanian.
Dari segi pasar, Indonesia lebih di dominasi oleh
produk pertanian Import, seperti buah, beras , bahkan daging. Sedangkan dari
segi produksi, beberapa industri kelapa sawit dan rotan di Indonesia mengalami
kesulitan mencari bahan baku karena sebagian besar bahan baku tersebut di jual
ke luar negeri dengan harga yang lebih tinggi.
Kontribusi Pasar
Sektor pertanian turut berperan dalam pertumbuhan
pasar domestik produk non pertanian ,misalnya pengeluaran petani untuk produk
industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi (makanan, pakaian).
Keberhasilan kontribusi pasar dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian bergantung kepada pengaruh keterbukaan
ekonomi dan jenis teknologi sektor pertanian .Keterbukaan ekonomi membuat
produk impor turut bersaing di pasar sektor non pertanian sehingga konsumsi
yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi di sektor non
pertanian. Selain itu, semakin modern teknologi yang digunakan oleh sektor
pertanian maka akan semakin tinggi juga demand produk industri non pertanian.
Kontribusi Faktor
Produksi
Tenaga kerja dan Modal merupakan dua faktor
produksi yang dapat dialihkan ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi
pertanian.Di Indonesia hubungan investasi antara sektor pertanian dan sektor
non pertanian harus ditingkatkan agar dapat mengurangi ketergantungan Indonesia
pada pinjaman luar negeri. Untuk dapat merealisasikan hal ini , harus ada
surplus produk pertanian agar dapat dijual ke sektor lain. hal ini juga
tergantung kepada faktor penawaran yaitu teknologi, infrastruktur dan sumber
daya manusia dan juga faktor permintaan seperti nilai tukar produk
pertanian dan non pertanian baik di pasar domestik dan luar negeri. Petani juga
harus net savers, pengeluaran konsumsi oleh petani < produksi.Tabungan
petani > investasi sektor pertanian.
Kontribusi Devisa
Kontribusi devisa oleh sektor pertanian secara
langsung yaitu melaui ekspor produk pertanian dan mengurangi impor. Sedangkan
secara tidak langsung dapat melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor
produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan, minuman, dll.
Kontribusi produk dan kontribusi devisa juga
dapat mengalami kontradiksi ketika peningkatan ekspor produk pertanian menyebabkan
suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan
eksporproduk pertanian berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam
negeri. Untuk mencegah hal tersebut terjadi harus diimbangi dengan peningkatan
kapasitas produksi serta peningkatan daya saing produk-produk pertanian.
2.
Sektor Industri
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan, dan ketekunan
kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang
pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri
umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian,
perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan
industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan
politik.
Bidang
industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri barang dan industri jasa.
1.
Industri barang
Industri
barang merupakan usaha mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi. Kegiatan industri ini menghasilkan berbagai jenis barang, seperti
pakaian, sepatu, mobil, sepeda motor, pupuk, dan obatobatan.
2.
Industri jasa
Industri
jasa merupakan kegiatan ekonomi yang dengan cara memberikan pelayanan jasa. Contohnya,
jasa transportasi seperti angkutan bus, kereta api, penerbangan, dan pelayaran.
Perusahaan jasa ada juga yang membantu proses produksi. Contohnya, jasa bank
dan pergudangan. Pelayanan jasa ada yang langsung ditujukan kepada para
konsumen. Contohnya asuransi, kesehatan, penjahit, pengacara, salon kecantikan,
dan tukang cukur.
Industri Manufaktur dan Jasa
Istilah manufaktur berasal dari dua kata bahasa
latin, yaitu manus dan factus yang berarti manus adalah tangan dan factus
adalah mengerjakan. Jadi manufaktur artinya mengerjakan dengan tangan atau
proses pembuatan produk yang dikerjakan dengan tangan. Pengertian manufaktur
sekarang adalah proses pembuatan produk dengan bantuan mesin dan
pengontrolanbahkan dikerjakan secara automatis penuh, tetapi tetap melalui
pengawasan secara manual. Contoh industri Manufaktur, yaitu : Industri
semen, obat-obatan, otomotif, elektronika, pakaian, makanan & minuman,
tekstil, sepatu, barang keperluan rumah tangga, dan lain lain.
Industri Pelayanan / Jasa (Service Industries),
yaitu industri yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani
dan menunjang aktifitas industri yang lain maupun langsung memberikan
pelayanan/jasa kepada konsumen. Contoh Industri Jasa, yaitu: Asuransi, Bursa
efek, Perbankan, Transportasi, Pendidikan, Perdagangan, Perawatan kesehatan,
Telekomunikasi, dan lain lain.
Perbedaan Dasar Industri Manufaktur dan Industri Jasa
Perbedaan dasar antara kedua jenis industri
tersebut, seperti berikut:
- Industri manufaktur memiliki kemungkinan yang kecil dalam hal kontak langsung dengan konsumen karena aktifitas industri tersebut lebih banyak dilakukan dalam suatu pabrik sedangkan industri jasa memiliki pegawai khusus yang bertugas untuk melayani para konsumen.
- Industri manufaktur merupakan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga dapat digunakan oleh para konsumen dan masyarakat umum, sedangkan industri jasa yang menyediakan pelayanan jasa kepada konsumen yang membutuhkan.
- Produk dari industri manufaktur bersifat tahan lama dan bersifat fisik (memiliki wujud) sedangkan industri jasa tidak berwujud.
- Hasil keluaran (produk) dari industri manufaktur dapat disimpan dengan jangka waktu tertentu sedangkan hasil dari industri jasa hanya dapat dinikmati.
- Jangka waktu kerja industri manufaktur relatif lebih lama jika dibandingkan dengan industri jasa.
Industri dan Prinsip Ekonomi
Pengertian prinsip ekonomi adalah panduan dalam
kegiatan ekonomi untuk mencapai perbandingan rasional antara pengobanan yang
dikeluarkan dan hasil yang diperoleh. atau Prinsip ekonomi dapat juga diartikan
pengorabanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil tertentu, atau dengan
pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin.
Ekonomi merupakan sebagian ilmu sosial yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi mengenai barang dan jasa.
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani dari kata oikos yang berarti
keluarga, rumah, tangga. dan nomos yang berarti peraturan, aturan, hukum.
Prinsip Ekonomi memberi kita keuntungan yang
pertama adalah dapat memaksimalkan keuntungan dimana mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya, keuntungan kedua adalah meminimalkan kerugian dimana dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Prinsip ekonomi berlaku dalam tiga kegiatan
ekonomi yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi.
Prinsip
Ekonomi dalam Kegiatan Produksi
Dalam kegiatan produksi adalah dasar dalam
menghasilkan barang dan jasa sebanyak-banyaknya dengan biaya produksi dan
pengorbanan tertentu. Contoh Penerapannya - Contoh-contoh penerapan prinsip
ekonomi pada kegiatan produksi
- Mendirikan tempat usaha dekat dengan bahan baku, tenaga kerja atau daerah pemasaran
- Menggunakan tenaga kerja yang terampil
- Memakai bahan baku yang berkualitas terbaik, namun dengan harga paling murah
- Memakai sumber daya misalnya modal, tenaga kerja, dan waktu seefisien mungkin.
- Memakai mesin modern dengan produktivitas yang tinggi namun dengan biaya yang rendah
- Menentukan harga jual yang menguntungkan
- Menentukan barang dan jasa yang akan dihasilkan
Industri dan kebutuhan barang
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang
yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses
produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung,
kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi
masyarakat.
Kegiatan proses produksi dalam industri itu
disebut dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri sering
disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang
ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan
ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara
atau daerah.
Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan
perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam
industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara
penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada
dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan
bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang
digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut,
semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka
semakin beranekaragam jenis industrinya.
Istilah industrialisasi secara ekonomi juga
diartikan sebagai himpunan perusahaan-perusahaan sejenis dimana kata industri
dirangkai dengan kata yang menerangkan jenis industrinya. Misalnya, industri
obat-obatan, industri garmen, industri perkayuan, dan sebagainya
Cabang-cabang industri
Berikut adalah berbagai industri yang ada di Indonesia:
- Makanan, dan minuman
- Tembakau
- Tekstil
- Pakaian jadi
- Kulit, dan barang dari kulit
- Kayu, barang dari kayu, dan anyaman
- Kertas, dan barang dari kertas
- Penerbitan, percetakan, dan reproduksi
- Batu bara, minyak, dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir
- Kimia, dan barang-barang dari bahan kimia
- Karet, dan barang-barang dari plastik
- Barang galian bukan logam
- Logam dasar
- Barang-barang dari logam, dan peralatannya
- Mesin, dan perlengkapannya
- Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data
- Mesin listrik lainnya, dan perlengkapannya
- Radio, televisi, dan peralatan komunikasi
- Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam
- Kendaraan bermotor
- Alat angkutan lainnya
- Furniture, dan industri pengolahan lainnya
Klasifikasi Industri
Klasifikasi berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986, industri dibedakan menjadi:
- Industri kimia dasar : misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
- Industri mesin, dan logam dasar: misalnya industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
- Industri kecil: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
- Aneka Industri : industri pakaian, industri makanan, dan minuman, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan tempat bahan baku
- Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
- Industri nonekstaktif, yaitu industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
- Industri fasilitatif, yaitu industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
Klasifikasi Industri berdasarkan Proses Produksi
- Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya : Industri kayu lais, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
- Industri Hilir , yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen, misalnya: Industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
Jenis Industri
Jenis industri berdasarkan modal
Jenis industri berdasarkan modal
- Industri Padat Modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
- Industri Padat karya, yaitu industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
·
Jenis industri berdasarkan jumlah
tenaga kerja
- Idustri Rumah Tangga, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
- Industri Kecil, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
- Industri Sedang, atau industri menengah, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
- Industri Besar,adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
Penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
- Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
- Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja (man power oriented industry), aAdalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif, dan efisien.
- Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry), yaitu jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
- Industri yang tidak terkait oleh persyaratan yang lain, yaitu industri yang didirikan tidak terkait oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya : Industri elektronik,Industri otomotif, dan industri transportasi.
·
Jenis industri berdasarkan
produktivitas perorangan
Pada level atas, industri seringkali dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu primer (ekstraktif), sekunder (manufaktur), dan
tersier (jasa). Beberapa penulis menambahkan sektor kuarterner (pengetahuan)
atau bahkan sektor kuinari (kultur, dan penelitian). Seiring berjalannya waktu,
perpecahan industri masyarakat pada masing-masing sektor mengalami perubahan.
- Industri Primer, adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
- Industri Sekunder ,adalah industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya pemintalan benang sutra, komponen elektronik, daging kaleng, dan sebagainya.
- Industri Tersier, adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
- Industri Kuarterner, adalah industri yang mencakup penelitian pengetahuan, dan teknologi serta berbagai tugas berlevel tinggi lainnya. Misalnya adalah para peneliti, dokter, dan pengacara.
- Industri Kuinari, beberapa menganggapnya sebagai salah satu cabang sektor kuarterner yang meliputi level tertinggi pengambilan keputusan dalam masyarakat atau ekonomi. Sektor ini meliputi eksekutif atau pegawai resmi dalam bidang pemerintahan, pengetahuan, universitas, non-profit, kesehatan, kultur, dan media.
- Faktor Pendukung Pembangunan Industri dan Industri
- Kegunaan alam yang melimpah
- Jenis lingungan alam yang tersebar di Indonesia sekarang dapat menimbulkan interaksi antara daerah
- Letak Indonesia yang strategis untuk pemasaran produk industri
- Jumlah penduduk yang cukup besar
- adanya penurunan modal asing di Indonesia
- Jalur pemrintahan lebih banyak, sekarang lebih efesien untuk transportasi hasil industri.
faktor penghambat Industri dan Industri diantarnya:
- Kualitas sumber daya manusia yang kurang
- Tergantung dengan suasana sosial dan politik, dimana sering tidak mampu
- Modal yang terbatas
- Penyebaran penduduk yang tidak merata sekarang menyebabkan penyebaran hasil industri juga tidak merata.
Industri di Indonesia digolongkan
dalam beberapa industri lagi diantaranya:
- Aneka Industri
Aneka industri dibentuk untuk
menghasilkan bermacam-macam barang untuk keperluan sehari-hari. Aneka industri
dapat dibagi lagi dalam beberapa industri lagi diantaranya:
- Aneka pengolahan sandang dan pangan
- Aneka kimia dan serat
- Aneka bahan bangunan
2. Industri
logam dasar
Kelompok industri yang termasuk
dalam logam dasar antara lain:
- Industri peralatan listrik
- Industri motor mesin
- Industri pelengkapan pabrik
Industri logam dasar menghasilkan
besi beton, besi baja, dan anek produk alumunium.
3. Industri kecil
Industri kecil mempunyai sifat:
- Pemasaran terbatas
- Modal relatif kecil
- Jumlah tenaga kecil
- Peralatan sangat sederhana
4. Industri kimia dasar
Industri ini merupakan industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan jadi menggunakan modal
kerja yang besar, keahlian dan terknologi maju kimia dasar terdiri dari:
- Industri semen
- Industri kertas
- Industri ban
5. Industri pariwisata
atau fasilitatif.
Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Industri
Perkembangan Industri berkembang sangat pesat, ini berdampak sangat besar terhadap ekonomi masyarakan Indonesia. Pembangunan industri mempunyai sisi positif dan sisi negatif yang sangat jelas dirasakan oleh seluru masyarakat Indonesia. Berikut Dampak Positif dan Negatif pembangunan industry
Dampak Positif Pembangunan Industri :
- Mengurangi Pengangguran, Pembangunan industry menyerap banyak tenaga kerja yang dibutuhkan.
- Terpenuhinya kebutukan komsumsi, dengan adanya berbagai macam pabrik industri maka mengakibatkan kebutuhan akan barang mudah terpenuhi dengan harga terjangkau.
- Menekan laju jumlah penduduk, dengan adanya pembangunan industry akan memberikan kesempatan besar bagi kaum wanita untuk bekerja sehingga dapat menekan lajunya pertumbuhan peduduk
Dampak Negatif Pembangunan Industri
:
- Pencemaran Lingkungan, Dalam Proses produksi disuatu pabrik dapat mencemari lingkungan bila dilakukan dengan kurang bijaksana. Banyak sekali limbah yang dihasilkan dari pabrik-pabri industri yang mencemari air, tanah, dan udara. Selain itu dalam proses produksinya memerlukan bahan baku yang berasal dari alam yang apabila tidak menggunakannya dengan bijak akan menimbulkan kerusakan lingkungan
- Berkurangnya lahan pertanian, dengan pertumbuhan industri yang begitu pesat akan membutuhkan tempat yang semakin luas untuk bangunan pabrinya. Itu akan menyita lahan pertanian sehingga berkurangnya lahan produktif pertanian
Sumber:
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.